karya: pirmansah
Hari itu tampak seorang pegawai sekolah swasta yang baru saja naik daundan mendapatkan izin beroprasi oleh pemerintah dinas P&K kabupatren setempat. Sebut saja 'Puloh' nama panggilannya. Puloh yang dimandati pekerjaan disekolah tersebut sebagai staf Tata Usaha bagian kebesihan sekolah mulanya. Yang diberakan langsung anugrahnya oleh Kepala Tata Usaha sekolah Menengah Kejuruan tersebut. Puloh dengan senang mulai dibekerjakan langsung oleh Kepala dan langsung diketahuikan kepada Kepala Ketua Yayasan 'Asih Nukuring' dengan tidak sungkannya beliau memberikan 'SK' pengangkatan Puloh sebagai staf TU disekolah beliau. Tidak tanggungnya lagi keberuntungan Puloh terhitung telah bekerja satu tahun meski sesungguhnya baru berjalan kerja beberapa bulan saja. Meski demikian Puloh kerap sekali di celanya oleh sang Ketua Yayasan Asih Nukuring karena alasan seringnya bolos kerja. Padahal sebelumnya sudah di beritahukan secara lisani bahwa Puloh tengah berkuliah sambil bekerja. bahkan suatu hari hampir saja dikeluarkannya dari pekerjaannya hanya gara-gara tidak bersalaman pada sang Juragan Dodi ketua yayasan saat Puloh hendak berangkat kuliah setelah membereskannya pekerjaan pagi-pagi buta.
"alhamdulilah bray aku gajihan juga" kanya kepadaku dengan dibeberkannya uang lima puluh ribuan yang terhitung tiga lembar. " berapa gajih kau Pul?" tanya kupenasaran. "lima ratus ribu" jawabnya " itu kok cuma seratus lima puluh" tanyaku lagi. " oh itu, tadi kena potongan arisan dan satu lagi gak tahu apa" jawab Puloh nampak polos. "oh gitu ".
"trus itu uang kau mau di pake membayar apa?" tanyaku " ini aku mau beli hp BB, laptop, bayar SPP kuliah" jelas puloh "emang cukup?" tanyaku. "ngga sih, tapi tadinya aku ingin dapat arisan pertama tapi yah aku tidak didengar" jawab Puloh ujung-ujungnya curhat. "apa lagi aku banya hutang kewarung Ceu Atin langganan mutangku, ah pusing aku" curhat Puloh. "ya yang sabar aja Pul, kau masih untung punya gaji, coba yang lain ngga di gaji". jawabku pura-pura tegar.
Suatu hari Pak Juragan Dodi sebagai Ketua Yayasan yang berhormat tiba-tiba menunjuk Puloh sebagai peng-tik Buku Kas Umum (BKU) Yayasan. terdengar ganas "Puloh kamu kerjakan ini rekapan mulai bulan kemarin dan seterusnya lalu kamu setorlan ke Bapak setiap tanggal satu" kata beliu. "bisa tidak?" tegas beliau. " insya Allah Pak" jawab Puloh gugup. " jangan insya Allah, kalau tidak bisa lebih baik keluar saja kerjanya!" tekan juragan Dodi pada Puloh yang nampak ditekan walau itu bukan keahliannya dari dulu. Pulohpun memaksakan menuruti perintah juragan Dodi. Kadang aku seperti kasian dengan Puloh, tapi alu juga sadar bahwa aku juga bawahan dari juragan Dodi, yang hanya bisa menyampaikan pesan-pesan dari Juragan Dodi. KAdang aku juga kasian dengan Puloh, dia diangkat sebagai staf Tata Usaha sekolah tapi kadang dipekerjakan sebagai OB rumah pribadi Juragan Dodi dalam jam kerjanya.
Aku terkadang bingung harus memilih siapa, intruksi yayasan begini intruksi sekolah begitu. Dengan demikian aku selalu jadi penengah, walau siapa saja yang tidak menuruti perintahku maka akan aku berhentikan. "aku juga bisa memberhentikan bawahanku, aku ini sebagai ketua kurikulum sekolah yang kedudukannya setara dengan Kepala Sekolah" sombongku suatu hari kepada Puloh diruang kerja.
"Puloh nanti siang harus sudah beres" kata juragan dengan gagahnya yang masih menggunakan seragam dinas kabupatennya. Puloh pun sebisanya tergesa-gesa mengerjaka tugasnya itu, dan kemudian seselesainya mengetik, Puloh berkata kepada Ibu Rumi selaku bendahara bayangan sekolah "bu, coba samakan hasil kerjaku dengan yang ada dibuku ibu" kata Puloh dan disaksikan oleh bu Rumi dan Aku". setelah bu Rumi memeriksanya denganku lantas aku berkata pada bu Rumi "wah ini kok jadi seratus ribu?" " oh iya yah" kata Bu Rumi kaget. Bu Rumi pun langsung menegur Puloh "Pak Puloh kok ini jadi seratus ribu padahal ini dibuku saya yang benarnya sepuluh ribu" dengan nada tingginya dan menunjuk-nunjuk hasil kerja Puloh, Puloh pun kelihatan berdiam saja dengan menahan amarahnya yang memuncak, dan aku dengan bu Rumi tetap penasaran dan menyalahkan pekerjaan Puloh. Tiba-tyiba Puloh pun amarahnya tidak terbendung lagi dan menyolotku dan bu Rumi " ya sudahlah itu kesalahan saya nanti perbaiki lagi" melihat kondisi itu memanas antara bu Rumi dan Puloh aku langsung keluar dan memanggil mantan bendahara umum yang baru saja memundurkan diri.
Setelah beberapa lama aku dan bu Rumi meninggalkan Puloh yang sedang emosi, dengan sengaja aku menyuruh bu Prita menenangkan Puloh, meski terdengar masih memanas terus-menerus hingga jam pulang tiba. Aku hanya bisa berdiam diri dan berkata "ungkapkan dengan kata-kata jangan dengan emosi". Puloh nampak cebrut dan segera pulang.
Tiga hari berlalu persetruan Puloh dengan bu Rumi semakin membengkak, keduanya tidak ada yang mau mengalah, kondisi diruangan kantor pun mendadak sepi dari biasanya canda-tawa memenuhio hari-hari aktivitas kantor, namun kali ini dian dan nampak saling cemberut. Atas ketidak kondusipan itu pun aku berinisiatif untuk memanggil pegawai dan tenaga kependidikan dengan seizin ketua yayasan 'Asih Nukuring' untuk menanyakan kesiapan dan kekondusipan kerja dan mau memperbaiki masalah masing-masing yang timbul disekolah.
Kemudian giliran Puloh yang aku tanya "Puloh, ini yang berat untukku pertimbangkan adalah anda" ujarku. "anda diberhentikan oleh Bapak ketua yayasan" sambungku agak formal dan pura-pura kasian dengan Puloh. Puloh kelihatannya memang menghawatirkan, tapi ke-tidak-menurutannya pada-ku dan telah melawan keras peraturan pribadi yayasan sehingga aku secara lemah-lembut harus mengeluarkannya. "tapi aku punya banyak hutang pak yang harus aku lunasi, mohon jangan berhentikan aku" kata Puloh "aku janji akan ku perbaiki kekurangan dan kesalahan kerjaku" sambung Ppuloh nam[ak serius. Tapi ini sudah keputusanku dan ketua yayasan untuk mengeluarkan Puloh tanpa alasan. Karena ketua yayasan yang berhormat yang mampu menarik-memecat pegawai dengan semena-mena. Padahal aku tahu kerja Puloh lebih berat dan tidak seimbang dengan gajinya dan setiap bulan aku potong.
"keputusan kerja lagi atau tidak anda nanti aku smskan" kataku ke Puloh "siap Pak" jawab puloh meski sebenarnya ini sudah deal Puloh dikeluarkan, tapi ini sebagai permainanku untuk tidak menyakitkan perasaan Puloh.
Kini Puloh dihadapkan dengan rintangan besar, biaya kuliahnya menunggak, hutang kewarung, banyak tugas menumpuk dan dia dalam keadaan menganggur tiap hari. Untuk makan pun dia menambah hutang terus kewarung langganannya. Kejadian ini tidak ada yang peduli dari pihak pekerjaannya, meski ditempat bekerjanya itu semua dalah orang-orang terdidik, bukan hanya SMP tapi melainkan serjana. Namun nilai sosialnya Nol besar. Pulohpun tetap tegar dan terus berusaha berjuang. selamat berjuang Puloh.
#pirman
Hari itu tampak seorang pegawai sekolah swasta yang baru saja naik daundan mendapatkan izin beroprasi oleh pemerintah dinas P&K kabupatren setempat. Sebut saja 'Puloh' nama panggilannya. Puloh yang dimandati pekerjaan disekolah tersebut sebagai staf Tata Usaha bagian kebesihan sekolah mulanya. Yang diberakan langsung anugrahnya oleh Kepala Tata Usaha sekolah Menengah Kejuruan tersebut. Puloh dengan senang mulai dibekerjakan langsung oleh Kepala dan langsung diketahuikan kepada Kepala Ketua Yayasan 'Asih Nukuring' dengan tidak sungkannya beliau memberikan 'SK' pengangkatan Puloh sebagai staf TU disekolah beliau. Tidak tanggungnya lagi keberuntungan Puloh terhitung telah bekerja satu tahun meski sesungguhnya baru berjalan kerja beberapa bulan saja. Meski demikian Puloh kerap sekali di celanya oleh sang Ketua Yayasan Asih Nukuring karena alasan seringnya bolos kerja. Padahal sebelumnya sudah di beritahukan secara lisani bahwa Puloh tengah berkuliah sambil bekerja. bahkan suatu hari hampir saja dikeluarkannya dari pekerjaannya hanya gara-gara tidak bersalaman pada sang Juragan Dodi ketua yayasan saat Puloh hendak berangkat kuliah setelah membereskannya pekerjaan pagi-pagi buta.
"alhamdulilah bray aku gajihan juga" kanya kepadaku dengan dibeberkannya uang lima puluh ribuan yang terhitung tiga lembar. " berapa gajih kau Pul?" tanya kupenasaran. "lima ratus ribu" jawabnya " itu kok cuma seratus lima puluh" tanyaku lagi. " oh itu, tadi kena potongan arisan dan satu lagi gak tahu apa" jawab Puloh nampak polos. "oh gitu ".
"trus itu uang kau mau di pake membayar apa?" tanyaku " ini aku mau beli hp BB, laptop, bayar SPP kuliah" jelas puloh "emang cukup?" tanyaku. "ngga sih, tapi tadinya aku ingin dapat arisan pertama tapi yah aku tidak didengar" jawab Puloh ujung-ujungnya curhat. "apa lagi aku banya hutang kewarung Ceu Atin langganan mutangku, ah pusing aku" curhat Puloh. "ya yang sabar aja Pul, kau masih untung punya gaji, coba yang lain ngga di gaji". jawabku pura-pura tegar.
Suatu hari Pak Juragan Dodi sebagai Ketua Yayasan yang berhormat tiba-tiba menunjuk Puloh sebagai peng-tik Buku Kas Umum (BKU) Yayasan. terdengar ganas "Puloh kamu kerjakan ini rekapan mulai bulan kemarin dan seterusnya lalu kamu setorlan ke Bapak setiap tanggal satu" kata beliu. "bisa tidak?" tegas beliau. " insya Allah Pak" jawab Puloh gugup. " jangan insya Allah, kalau tidak bisa lebih baik keluar saja kerjanya!" tekan juragan Dodi pada Puloh yang nampak ditekan walau itu bukan keahliannya dari dulu. Pulohpun memaksakan menuruti perintah juragan Dodi. Kadang aku seperti kasian dengan Puloh, tapi alu juga sadar bahwa aku juga bawahan dari juragan Dodi, yang hanya bisa menyampaikan pesan-pesan dari Juragan Dodi. KAdang aku juga kasian dengan Puloh, dia diangkat sebagai staf Tata Usaha sekolah tapi kadang dipekerjakan sebagai OB rumah pribadi Juragan Dodi dalam jam kerjanya.
Aku terkadang bingung harus memilih siapa, intruksi yayasan begini intruksi sekolah begitu. Dengan demikian aku selalu jadi penengah, walau siapa saja yang tidak menuruti perintahku maka akan aku berhentikan. "aku juga bisa memberhentikan bawahanku, aku ini sebagai ketua kurikulum sekolah yang kedudukannya setara dengan Kepala Sekolah" sombongku suatu hari kepada Puloh diruang kerja.
"Puloh nanti siang harus sudah beres" kata juragan dengan gagahnya yang masih menggunakan seragam dinas kabupatennya. Puloh pun sebisanya tergesa-gesa mengerjaka tugasnya itu, dan kemudian seselesainya mengetik, Puloh berkata kepada Ibu Rumi selaku bendahara bayangan sekolah "bu, coba samakan hasil kerjaku dengan yang ada dibuku ibu" kata Puloh dan disaksikan oleh bu Rumi dan Aku". setelah bu Rumi memeriksanya denganku lantas aku berkata pada bu Rumi "wah ini kok jadi seratus ribu?" " oh iya yah" kata Bu Rumi kaget. Bu Rumi pun langsung menegur Puloh "Pak Puloh kok ini jadi seratus ribu padahal ini dibuku saya yang benarnya sepuluh ribu" dengan nada tingginya dan menunjuk-nunjuk hasil kerja Puloh, Puloh pun kelihatan berdiam saja dengan menahan amarahnya yang memuncak, dan aku dengan bu Rumi tetap penasaran dan menyalahkan pekerjaan Puloh. Tiba-tyiba Puloh pun amarahnya tidak terbendung lagi dan menyolotku dan bu Rumi " ya sudahlah itu kesalahan saya nanti perbaiki lagi" melihat kondisi itu memanas antara bu Rumi dan Puloh aku langsung keluar dan memanggil mantan bendahara umum yang baru saja memundurkan diri.
Setelah beberapa lama aku dan bu Rumi meninggalkan Puloh yang sedang emosi, dengan sengaja aku menyuruh bu Prita menenangkan Puloh, meski terdengar masih memanas terus-menerus hingga jam pulang tiba. Aku hanya bisa berdiam diri dan berkata "ungkapkan dengan kata-kata jangan dengan emosi". Puloh nampak cebrut dan segera pulang.
Tiga hari berlalu persetruan Puloh dengan bu Rumi semakin membengkak, keduanya tidak ada yang mau mengalah, kondisi diruangan kantor pun mendadak sepi dari biasanya canda-tawa memenuhio hari-hari aktivitas kantor, namun kali ini dian dan nampak saling cemberut. Atas ketidak kondusipan itu pun aku berinisiatif untuk memanggil pegawai dan tenaga kependidikan dengan seizin ketua yayasan 'Asih Nukuring' untuk menanyakan kesiapan dan kekondusipan kerja dan mau memperbaiki masalah masing-masing yang timbul disekolah.
Kemudian giliran Puloh yang aku tanya "Puloh, ini yang berat untukku pertimbangkan adalah anda" ujarku. "anda diberhentikan oleh Bapak ketua yayasan" sambungku agak formal dan pura-pura kasian dengan Puloh. Puloh kelihatannya memang menghawatirkan, tapi ke-tidak-menurutannya pada-ku dan telah melawan keras peraturan pribadi yayasan sehingga aku secara lemah-lembut harus mengeluarkannya. "tapi aku punya banyak hutang pak yang harus aku lunasi, mohon jangan berhentikan aku" kata Puloh "aku janji akan ku perbaiki kekurangan dan kesalahan kerjaku" sambung Ppuloh nam[ak serius. Tapi ini sudah keputusanku dan ketua yayasan untuk mengeluarkan Puloh tanpa alasan. Karena ketua yayasan yang berhormat yang mampu menarik-memecat pegawai dengan semena-mena. Padahal aku tahu kerja Puloh lebih berat dan tidak seimbang dengan gajinya dan setiap bulan aku potong.
"keputusan kerja lagi atau tidak anda nanti aku smskan" kataku ke Puloh "siap Pak" jawab puloh meski sebenarnya ini sudah deal Puloh dikeluarkan, tapi ini sebagai permainanku untuk tidak menyakitkan perasaan Puloh.
Kini Puloh dihadapkan dengan rintangan besar, biaya kuliahnya menunggak, hutang kewarung, banyak tugas menumpuk dan dia dalam keadaan menganggur tiap hari. Untuk makan pun dia menambah hutang terus kewarung langganannya. Kejadian ini tidak ada yang peduli dari pihak pekerjaannya, meski ditempat bekerjanya itu semua dalah orang-orang terdidik, bukan hanya SMP tapi melainkan serjana. Namun nilai sosialnya Nol besar. Pulohpun tetap tegar dan terus berusaha berjuang. selamat berjuang Puloh.
#pirman
Tidak ada komentar:
Posting Komentar